Hari itu, Dita terpaksa bangun pagi. Jadwal kuliah yang mewajibkannya bangun lebih awal, walaupun ia terbiasa bangkit saat subuh untuk melaksanakan ibadah namun kali ini ia tidak bisa kembali menikmati hangatnya selimut di pagi hari. Libur telah usai, aktivitas berjalan kembali seperti awal. Dengan agak malas, Dita berjalan menuju dapur, mengambil sebungkus Cappucino dan menyeduhnya dengan segelas air panas. Ia kembali masuk ke kamarnya dengan segelas Cappucino hangat, menyalakan komputer jinjingnya dan lalu mengetik sebuah alamat web situs jejaring sosial. Dengan mata sayu karena masih digelayuti setan-setan malas, Dita mulai mengetik status “MALES KULIAH WOY!!”. Lalu ia mulai melihat-lihat postingan terakhir dari teman-temannya yang muncul di berandanya. Tanpa sengaja, Dita melihat sebuah nama yang mengingatkannya pada seseorang…
Dia selalu menganggap dirinya penting. Dia selalu merasa dirinya paling benar. Egois memang, namun itulah Irgi, cowok yang tak lain tak bukan adalah pacarnya. Berbekal latar belakang ningrat yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Kesultanan Yogyakarta dan bergelar “Raden” di depan namanya, memiliki postur tubuh tinggi semampai namun agak kurus, wajah yang rupawan mulus terawat, ditambah gayanya yang selalu tampil keren dan memiliki banyak teman. Nyaris sempurna.
Perkenalan Dita dan Irgi diawali dari bertemunya Dita dan kakak sepupunya Irgi yang pada saat itu terdaftar sebagai mahasiswa Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta di media chat. Entah bagaimana sebabnya, Irgi mencuri start dan diam-diam juga berkenalan dengan Dita. Bahkan Dita lebih dekat dengan Irgi daripada kakak sepupunya. Setelah pendekatan yang cukup lama, akhirnya mereka memutuskan untuk berpacaran dan menjalin long distance relationship walaupun selama ini mereka belum pernah sekalipun bertatap muka dan hanya mengenali wajah satu sama lain lewat foto.
Pada suatu kesempatan mereka bertemu di Ambarukmo Plaza saat Dita kebetulan sedang berlibur ke Yogyakarta dan mengantar sepupunya membeli buku di mall tersebut. Hanya sebentar mereka bertatap muka dan sekedar say hai. Saat itu Dita sangat tidak menyangka bahwa cowok yang selama 5 bulan ini menjadi pacarnya adalah seorang cowok yang benar-benar sangat charming. Namun di sisi lain Dita merasa minder, karena berbeda jauh sekali dengan dirinya. Dita bukanlah siapa-siapa, dia tidak cantik, penampilannya sederhana bahkan terkesan cuek, dan dia juga tidak tenar di sekolahnya. Benar-benar bagaikan langit dan bumi. Entah apa yang membuat Irgi tetarik pada cewek yang tidak menarik ini. Tanpa pernah bosan, Irgi selalu meyakinkan Dita bahwa ia mencintai Dita apa adanya.
Tidak lama setelah itu, sekolah Dita mengadakan study tour dan akan singgah di Malioboro. Kesempatan itu tentu saja tidak disia-siakan oleh pasangan tersebut untuk melepas rindu. 2 jam di Malioboro benar-benar dimanfaatkan oleh mereka untuk bertemu yang kedua kalinya. Saat mereka sedang berjalan bersama menyusuri jalan paling terkenal di kota Gudeg tersebut, semua mata tertuju pada mereka. Bahkan teman-teman sekolah Dita pun banyak yang takjub akan pesona Irgi. Tak sedikit dari mereka yang merasa iri pada Dita. Dengan bangganya Dita berjalan berdampingan dengan Irgi. Apalagi Irgi tanpa canggung menggandeng tangan Dita dengan mesra. Senyumnya yang manis tak pernah absen dari wajahnya yang tampan, suaranya yang merdu dengan logat Jawa-nya sangat tentram terdengar di telinga, Irgi pun sangat ramah pada teman-teman Dita. Bahkan karena Irgi pula Dita mendadak terkenal di sekolahnya bak selebritis yang baru saja membuat sensasi sehingga menjadi buah bibir. Dita merasa seperti Upik Abu yang sangat beruntung mendapatkan hati seorang Pangeran tampan nan baik hati.
Namun setelah beberapa bulan, Irgi mulai terlihat berubah sikapnya. Ia menjadi sering marah-marah bahkan kerap kali Dita melihatnya bercanda mesra dengan teman wanitanya di akun Facebook nya. Awalnya Dita tidak menanggapi hal tersebut karena dia berpikir inilah resiko memiliki pacar ganteng, dan dia menyadari bahwa memang tidak mudah untuk menolak pesona Irgi. Namun lama-lama Dita merasa ada yang janggal pada diri Irgi dan mereka mulai serig bertengkar. Irgi selalu egois bahwa apa yang dia lakukan tidak pernah salah. Dita hanya bisa menangis dan bersabar menahan rasa sakit hatinya. Dita mulai mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Irgi sehingga dia berubah drastis. Teman-teman Irgi menyatakan bahwa sifatnya memang seperti itu dan dia tidak ada niatan sama sekali untuk selingkuh dari Dita. Hal itulah yang membuat Dita bersabar selain rasa sayangnya terhadap Irgi. Namun pertahanan Dita runtuh juga, setelah beberapa kali putus-nyambung dengan Irgi, Dita memutuskan tidak akan lagi menjalin hubungan dengan Irgi. Berat memang karena Dita masih sayang pada Irgi. Banyak sekali pihak yang menyayangkan keputusan Dita. Tapi apa boleh buat, sampai saat itu Irgi masih saja egois dengan dirinya sendiri. Kesempurnaan fisik dan materi tidak bisa lagi mengobati rasa sakit hati Dita. Dita memantapkan hati untuk benar-benar meninggalkan Irgi.
Setelah Dita benar-benar pergi, Irgi mulai merasa kehilangan. Ia meminta Dita untuk kembali padanya namun Dita menolaknya mentah-mentah. Irgi sama sekali tidak percaya dengan apa yang dilakukan Dita karena selama ini tidak pernah ada cewek yang menolaknya. Dia sangat menyesal akan perbuatannya, dia memohon, dan mengemis cinta pada Dita. Hampir luluh Dita dibuatnya, namun hatinya telah terlanjur beku untuk Irgi.
Irgi terpukul, ia terpuruk, dia jadi suka mabuk-mabukan, kebut-kebutan sampai beberapa kali kecelakaan, sering tawuran dan berantem, sekolahnya berantakan sehingga ia dikeluarkan dari tempatnya menuntut ilmu, Irgi benar-benar hancur.
Setelah beberapa tahun kemudian dia mulai membenahi hidupnya dengan memulai semuanya dari awal. Pindah ke sekolah baru dan mulai membuka hatinya lagi. Tapi pengalaman pahit itu terulang kembali. Ia ditolak oleh cewek incarannya. Tapi bedanya ia lebih tegar daripada sebelumnya.
Sekarang Irgi hanya menjalani hidupnya dengan datar. Tanpa pacar. Walaupun banyak sekali cewek-cewek yang menyimpan rasa padanya dan bersedia dijadikan kekasih kapan pun ia mau. Namun Irgi tetap masih ingin sendiri. Irgi yang sekarang masih seperti Irgi yang dulu. Irgi dan pesonanya yang tetap tidak pernah pudar. Irgi yang sekarang hanya bisa dipandangi dan dikagumi, tanpa bisa dimiliki. Entah sampai kapan ia menutup hatinya.
Nada dering HP membuyarkan lamunan Dita akan sosok yang pernah ada dalam hidupnya. Segera ia buka sms dari Herdy, “Sayang maaf aku baru bangun. Kamu kuliah jam berapa?”. Astaga! Hampir saja ia menghabiskan waktu hanya untuk melamun. “iya sayang akunya kuliah pagi, sebentar lagi juga berangkat, kog. Kamunya mandi sana. Awas aja kalo sampe pacar aku jorok. Gamau deket2 lagi aku :p”
Dita terseyum setelah membalas sms dari Herdy. Cowok yang memberi warna baru dalam hidupnya. Walaupun dia tidak sesempurna Irgi, namun hatinya lebih sempurna dari siapa pun. Dita dan Herdy saling mencintai kelebihan dan kekurangan satu sama lain. Memang, kebahagiaan itu tidak dapat diukur dari materi dan keindahan fisik semata. Segera Dita logout dari akunnya, sama seperti ia logout dari hidup Irgi. Lalu ia men-turn off laptopnya, sama seperti ia men-turn off hatinya untuk Irgi. Dan ia menutup laptopnya, sama seperti ia menutup lembaran hidupnya bersama Irgi dan membuka lembaran baru bersama Herdy, pria yang benar-benar sangat mencintainya dan sangat dicintainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar